Ketika sebuah desain telah selesai dirancang oleh desainer, dalam pengertian benar-benar telah siap untuk diproses ke dalam mesin produksi, maka hasil rancangannya bisa dilihat dan ditampilkan melalui menu Print Preview. Dari sini desainer bisa mengecek sekilas hal-hal; total stitch, dimensi juga urutan warna benang.
Apabila sudah yakin tidak ada lagi pembenahan desain, maka lembar print out bisa dicetak. Fungsi utama print out selain untuk menjadi arsip file, menjadi acuan operator mesin bordir ketika akan mengerjakan proses produksi, karena beberapa informasi penting ada dalam lembar print out tadi, yang secara umum meliputi 3 hal yang saya sebut di atas. Selain itu juga untuk mengecek(saat mesin berjalan) seberapa jauh presisi desain di atas kertas/berupa print out tadi dengan hasil nyata di atas material. Karena beberapa faktor bisa menyebabkan pergeseran/penurunan tingkat presisi desain dengan hasil bordir.
Sebelum membahas beberapa faktor penurunan tingkat presisi desain, akan saya sedikit bahas detil apa saja yang ada pada lembar print out tadi; 1. Total STITCH, menunjukkan berapa total tusukan jarum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan desain, yang dirupakan dalam angka nominal. Semakin besar angka nominalnya menandakan desain membutuhkan waktu yang relatif lama atau sebaliknya, bila kecil akan relatif cepat pengerjaan desain tersebut. Dalam hal ini tentu dengan pertimbangan 'proses desain awal'(yang meliputi pemilihan menu-menu, penataan/setting menu-menu tertentu, juga teknik "punching" telah memadai/optimal), telah mendukung secara optimal proses bekerjanya mesin. Punching, adalah teknik mengurutkan benang, karena desain bordir meliputi susunan benang-benang yang membentuk gambar. Jumlah benang bisa 2 macam warna atau lebih. Semakin banyak warna benang yang dipakai semakin membutuhkan ketelitian pada saat mengurutkan warna benang. Pada prinsipnya dalam mengurutkan warna benang dengan asumsi/mengacu pada benang-benang warna muda lebih dulu, sehingga menutup kemungkinan munculnya warna bila ditumpuk oleh warna benang setelahnya,yang tentu saja lebih tua atau gelap.
2. ZOOM, menunjukkan gambar yang tercetak pada lembar print out sesuai besaran/rasio zoom tersebut. Misal Z : 1, ini menunjukkan gambar yang tercetak adalah ukuran sebenarnya. Maksudnya hasil bordir di material relatif besarnya sama dengan besar gambar yang tercetak di lembar print out tersebut. Bila Z : 0,5 memperlihatkan apa yang tercetak di print out besarnya setengah dari hasil bordir di material,.demikian seterusnya.
3. NAMA FILE, adalah kode, nama untuk file gambar/desain tersebut sehingga mempermudah untuk mengkomunikasikan diantara semua yang terlibat dalam proses produksi sebuah desain bordir menjadi barang jadi, sebuah bordiran.
4. DIMENSI/UKURAN GAMBAR, memperlihatkan ukuran berapa panjang dan lebar sebuah desain dengan satuan standard, umumnya CM.
5. URUTAN BENANG,.memperlihatkan warna-warna benang yang urut dimana benang yang berjalan lebih dulu berada pada susunan di atas warna yang menyusul belakangan. Jumlah warna yang tampil menunjukkan berapa benang yang dibutuhkan/dipakai dalam proses produksi.
6. LAST SAVED, menunjukkan kapan perubahan pada desain dilakukan dan kemudian disimpan/disave, dengan kata lain kapan gambar/desain mendapatkan perlakuan terakhir dari desainer,orang yang berkepentingan.
7. PRINTED, menunjukkan kapan lembar print out tersebut diproses cetak.
Selain ke tujuh hal tersebut sebetulnya masih ada hal-hal lain yang tertera di lembar print out, misal berapa total benang yang dipakai, berapa kali jarum berhenti untuk berganti (warna) benang dan lain-lainnya.
Untuk sementara saya pandang cukup bahasan seputar print out, untuk postingan selanjutnya akan kita bahas topik lain(yang menarik tentunya) juga mudah-mudahan bisa runtut sehingga bisa menambah pengetahuan anda tentang dunia bordir baju koko khusunya dengan teknik komputerisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar